Sahabat Petualang - Kota Takengon adalah persinggahan terakhir tim
7 Wonders dalam mengeksplorasi 7 tempat penghasil kopi di Pulau Sumatera.
Sepanjang perjalanan ini sudah ada 6 tempat yang kami kunjungi yaitu
Liwa (Lampung), Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, Curup –Kepahiang,
Mandailing Natal dan sekarang giliran Takengon.
Kami berangkat dari Langsa ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Banyak agenda yang kami rencanakan makanya perjalanan harus dirancang seefektif mungkin. Supaya tak banyak waktu yang terbuang. Mengingat jarak antara Langsa - Takengon sendiri juga cukup jauh sekitar 334,6 km.
Perjalanan cukup lancar selain lalu lintas tak terlalu padat kondisi jalan raya juga cukup bagus. Sekitar pukul 11 siang kami sudah sampai di Bireuen. Kota yang dulu kerap jadi ajang pertempuran antara GAM dengan aparat keamanan Indonesia. Suasana kota Bireuen dulu jelas jauh berbeda dengan sekarang. Suasananya aman dan damai. Kami pun memutuskan untuk makan siang di sini, mengingat rute dari Bireuen ke Takengon akan sedikit merepotkan jika harus mencari warung makan.
Rute Bireuen – Takengon lebih banyak melewati perbukitan yang jauh dari pemukiman. Di daerah Cot Panglima pemandangannya cukup indah. Meskipun proyek pengerjaan jalan masih belum selesai. Jalan ini mengikis sebagian bukit dan dibuat lebih lebar. Ini penting karena di beberapa bagian terjadi kelongsoran.
Menjelang masuk Takengon, komunitas jip dari Gayo sudah menunggu. Mereka siap mengawal 3 Terios mencicipi trek bukit Oregon. Trek light off-road dengan pemandangan yang indah. Kemampuan Terios lagi-lagi diuji di sini. Kenyamanan dan juga ketangguhan kaki-kaki Terios terbukti andal. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur tak ada kendala berarti.
Sampai di ujung terakhir trek Oregon kami menyempatkan berhenti sejenak. Selain menikmati indahnya pemandangan kota Takengon dan Danau Laut Tawar, bersama dengn penyuka 4x4 menyeruput secangkir kopi panas sungguh pengalaman yang tak bisa dilupakan. Lewat secangkir kopi inilah meskipun baru saja bertemu pertemanan dengan komunitas jip di Gayo terasa lebih hangat.
Laboratorium Kopi
Kami memasuki kota Takengon dengan berkonvoi bersamaan saat azan maghrib berkumandang. Bambang, salah satu penggemar 4x4 dari Takengon yang ternyata juga pengusaha kopi Gayo, mengajak mampir ke gudang dan laboratorium kopi miliknya. Usaha yang dijalankan secara kekeluargaan dan berlangsung secara turun menurun ini ternyata berkembang pesat.
Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Hebatnya lagi kopi yang diproduksi Bambang sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika. Selain kopi Gayo Blendeed ada juga kopi dari Luwak liar yang sekarang mulai ramai digemari banyak orang.
Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum.
Kami tutup agenda hari ini menikmati makan malam dengan menu ikan asam pedas khas Takengon… Ikannya sendiri diambil dari Danau Laut Tawar di belakang penginapan kami.
Pokoknya Mantaap!
Masih ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi di Takengon, mengingat hari sudah malam kami putuskan untuk melanjutkannya besok pagi saja… Kami istirahat dulu yaaa….Ngantuk nih!
Kami berangkat dari Langsa ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi. Banyak agenda yang kami rencanakan makanya perjalanan harus dirancang seefektif mungkin. Supaya tak banyak waktu yang terbuang. Mengingat jarak antara Langsa - Takengon sendiri juga cukup jauh sekitar 334,6 km.
Perjalanan cukup lancar selain lalu lintas tak terlalu padat kondisi jalan raya juga cukup bagus. Sekitar pukul 11 siang kami sudah sampai di Bireuen. Kota yang dulu kerap jadi ajang pertempuran antara GAM dengan aparat keamanan Indonesia. Suasana kota Bireuen dulu jelas jauh berbeda dengan sekarang. Suasananya aman dan damai. Kami pun memutuskan untuk makan siang di sini, mengingat rute dari Bireuen ke Takengon akan sedikit merepotkan jika harus mencari warung makan.
Rute Bireuen – Takengon lebih banyak melewati perbukitan yang jauh dari pemukiman. Di daerah Cot Panglima pemandangannya cukup indah. Meskipun proyek pengerjaan jalan masih belum selesai. Jalan ini mengikis sebagian bukit dan dibuat lebih lebar. Ini penting karena di beberapa bagian terjadi kelongsoran.
Menjelang masuk Takengon, komunitas jip dari Gayo sudah menunggu. Mereka siap mengawal 3 Terios mencicipi trek bukit Oregon. Trek light off-road dengan pemandangan yang indah. Kemampuan Terios lagi-lagi diuji di sini. Kenyamanan dan juga ketangguhan kaki-kaki Terios terbukti andal. Melewati trek tanah berbatu dengan beragam kontur tak ada kendala berarti.
Sampai di ujung terakhir trek Oregon kami menyempatkan berhenti sejenak. Selain menikmati indahnya pemandangan kota Takengon dan Danau Laut Tawar, bersama dengn penyuka 4x4 menyeruput secangkir kopi panas sungguh pengalaman yang tak bisa dilupakan. Lewat secangkir kopi inilah meskipun baru saja bertemu pertemanan dengan komunitas jip di Gayo terasa lebih hangat.
Laboratorium Kopi
Kami memasuki kota Takengon dengan berkonvoi bersamaan saat azan maghrib berkumandang. Bambang, salah satu penggemar 4x4 dari Takengon yang ternyata juga pengusaha kopi Gayo, mengajak mampir ke gudang dan laboratorium kopi miliknya. Usaha yang dijalankan secara kekeluargaan dan berlangsung secara turun menurun ini ternyata berkembang pesat.
Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Hebatnya lagi kopi yang diproduksi Bambang sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika. Selain kopi Gayo Blendeed ada juga kopi dari Luwak liar yang sekarang mulai ramai digemari banyak orang.
Cara menikmati kopi luwak ternyata butuh trik khusus agar lebih nikmat. Air yang digunakan harus benar-benar mendidih. Dibutuhkan alat yang bernama ekspresso (berguna untuk menyaring kopi sekaligus menurunkan kadar keasamannya) sehingga kopi tak terasa tajam di perut ketika diminum.
Kami tutup agenda hari ini menikmati makan malam dengan menu ikan asam pedas khas Takengon… Ikannya sendiri diambil dari Danau Laut Tawar di belakang penginapan kami.
Pokoknya Mantaap!
Masih ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi di Takengon, mengingat hari sudah malam kami putuskan untuk melanjutkannya besok pagi saja… Kami istirahat dulu yaaa….Ngantuk nih!
Sumber: http://www.daihatsu.co.id/
0 komentar